Penyatuan seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)
Rabu, 26 September 2012
IBU DAN TANGISAN HATINYA DEMI ANAK
Membayangkan masa lalu kita, ketika kita masih dalam kandunga beliau
membayangkan masa kecil kita disa'at kita masih menetek & mengompol.
Ketika malam disa'at orang masih asik dalam mimpi mimpi indah mereka.
sa'at Ibu kita baru terlelap Tiba2 kita menangis ingin di susui.
Sambil merasakan mata yg begitu berat untuk terbuka Ibu kita dengan sekuat hati berusaha membuka mata dan memberikan air susunya.
Beberapa sa'at ketika kita sudah mulai tertidur dengan lelap, Ibu masih melihat kesekujur tubuh kita.
Dalam hati Ibu adakah anakku di gigit nyamuk"
Adakah anaku sedang ngompol.
Ataukah ada yg lain sehingga dia terbangun dan menangis.
Dilihatnya sekujur tubuh kita lalu beliau berkata dalam hati"
Sukurlah tidak ada apa apa, paling anaku cuma haus dan hanya ingin minum susu.
Beberapa menit berlalu kemudian Ibu mencoba untuk memejamkan mata karna sudah terasa berat mata Ibu kita, namun dalam berapa sa'at, ketika ibu baru terlelap dalam beberapa menit.
Tiba tiba suara kita membangunkanya kembali lalu ibu bertanya tanya dalam hati."
Ada apa anaku menangis??
Ibu kembali harus memaksa matanya untuk melek kembali. lalu di periksanya kita.
Eh ternyata ngompol"
Begitulah hampir tiap malam kita membangunkan ibu berkali kali hingga hampir usia kita sampai 4 bahkan 5thn.
Kemudian ketika kita mulai belajar berjalan Ibu tidak pernah luput untuk mengawasi kita dalam banyaknya pekerja'an yg dia jalani sebagai ibu rumah tangga.
Ketika sesekali dia melihat kita jatuh tersungkur Ibu dengan berlari smbil menahan sedih menghampiri kita kemudia mengangkat kita dengan hati takut dan was was jikalau ada dari anggota tubuh kita yg terluka.
Disa'at kita mulai belajar bicara.
Berapa kali kita menanyakan hal yg sama kepada ibu kita namun Ibu tetap dengan senang hati menjawab walau kita bertanya sampai seratus kali.
Sa'at kita minta sesuatu kepada Ibu ketika kita masih kecil, dengan telaten ibu mengambilkanya buat kita.
Sa'at kita meminta makan dengan senag hati Ibu menyuapi kita dengan harapan agar kita terjaga gizinya dan kecerdasanya.
Sa'at kita mulai masuk Sekolah taman kanak kanak.
Dengan begitu perhatianya dia memandikan kita memakaikan seragam kita kadang mengantar kita sampai ke sekolah.
Walau begitusibuknya Ibu meladeni kita namun dia ihklas karna semata mata demi kepentingan kita.
Sekarang kita sudah Bekerja mencari uang sendiri.
Rabu, 19 September 2012
DZIKIR & CINTA
Dzikir, sebagaimana kita ketahui artinya adalah mengingat Allah. Namun
maknanya lebih dari itu. Dzikir bukan hanya mengingat Allah, nilai dari
dzikir yang mendalam bukan hanya seberapa banyak kita melafalkan asma
Allah, bukan pula seberapa cepat kita memutar tasbih. Tapi, sejauh
mana kita dapat merasakan keberadaan Allah dihati kita, dan sejauh mana
kita dapat memaknai keberadaan Allah dalam menjalani hidup ini. Dan
keadaan jiwa yang seperti itu mustahil tercapai tanpa adanya pelafalan
terlebih dahulu dari mulut kita. Kemampuan ini pada stiap orang tidak
sama, tergantung dari kebersihan hati masing-masing.
Hati yang
bersih mampu menerima cahaya dari Allah, melalui hatinya ia semakin
mengenal Tuhannya, semakin dekat, dan semakin mampu merasakan keberadaan
Allah dalam hidupnya. Hatinya semakin tenang, nyaman, dan damai dalam
setiap dzikirnya. Perasaan nyaman inilah yang mendorong hatinya untuk
selalu lebih dekat dengan Allah, dan semakin cintalah ia padaNya. Inilah
cinta yang seharusnya memiliki porsi tertinggi dalam hidup manusia,
yaitu cinta kepada Allah. Namun, hati kita sering terkotori oleh
noda-noda hitam dari maksiat yang kita lakukan. Entah itu maksiat
ucapan, maksiat perilaku, ataupun maksiat hati yang sangat sulit
terdeteksi bahkan oleh diri kita sendiri.
Sebagaimana yang
telah disabdakan Rosulullah SAW, semakin kita sering mengulang-ulang
maksiat tersebut, maka semakin banyak pula noda hitam yang menutupi hati
kita dan menjadi penghalang hati untuk menerima cahaya dari Allah.
Karna itulah, langkah pertama untuk menempuh jalan cinta kita adalah
membersihkan hati, dan langkah pertama untuk membersihkan hati adalah
bertaubat. Dan sebelum bertaubat tentulah kita harus mengetahui mana
perilaku maksiat dan mana perilaku ibadah. Karena, ibadah dapat
menghapus dosa dari maksiat yang kita lakukan. Untuk mengetahui secara
mendalam tentang masing-masing perkara tersebut, salah satu yang dapat
kita lakukan adalah dengan memperbanyak membaca. Membaca akan menuntun
kita untuk terus menerus belajar. Belajar mengenal Tuhan, belajar
mencintai Nya, dan belajar tentang kehidupan. Entah kehidupan dunia ini,
ataupun kehidupan kita di akirat kelak. Mungkin itulah hikmah dari
wahyu yang pertama kali turun adalah perintah membaca, dan pada ayat
lain yang memerintahkan kita untuk selalu menuntut ilmu sampai kita
meninggal.
Adalagi salah satu cinta, yang seharusnya kita porsi
dibawah porsi cinta kepada Allah. Namun kita sering terlena dengan rasa
yang satu ini. Sebagai manusia ~ yang sering- masih- pernah labil~
kita tentu punya rasa ini. Apakah itu…….? Yup, bener banget “cinta
kepada lawan jenis”.
“Bagaimana yang sesama jenis…?”
“Kita tidak mbahas yang itu….!!!!”
Kita seringkali hanya terpaku dan lebih banyak mencurahkan pada cinta
yang ini (cinta kepada lawan jenis, Red.) Akibatnya, setiap dua jam
sekali sms “ gi ngapain?” Galau lebih dari satu semester. Cemburu
dibela-bela’in babak belur.
Putus, mogok makan slama satu bulan, jadi
ada perjanjian “Sayang,, kita putusnya malam satu Ramadan aja ya. Biar
lancar puasanya.” Dll.
Padahal, dalam hidup ini porsi cinta
tertinggi adalah untuk Sang Khalik, Sang penguasa hati, sumber dari
segala cinta, Allah SWT. Dialah yang menciptakan rasa itu (cinta),
Dialah yang menganugrahkanya pada kita, dan Dia jugalah yang merawatnya.
Ibarat sebuah bonsai, jika ada sebatang ranting yang tumbuh menjulur
terlalu panjang dan mengurangi keindahanya, tentu pemiliknya akan segera
memotong ranting tersebut tapi si bonsai tidak tau kalau rantingnya di potong itu untuk ke'indahan dirinya sendiri. Sakit memang yang dirasakan si bonsai, dan
kadang si bonsai belum sadar juga bahwa rasa sakit itulah yang
membedakan antara tanaman yang terpelihara baik dengan tanaman liar yang
tak terurus. Begitulah pemilik bonsai merawat dan menjaga keindahan
tanamanya.
Begitupun yang terjadi kepada kita. Jika kita
meletakan rasa itu pada seseorang yang salah ~menurut penilaian Allah~
maka kitapun juga akan merasa sakit atas ketidak ridloan Allah terhadap
rasa yang tumbuh terlalu liar di hati kita. Tapi kita harus segera
sadar, bahwa itu adalah cara Allah untuk memelihara keindahan cinta yang
dianugrahkan kepada kita. Hanya Allah yang paling mengerti apa yang
terbaik untuk hambanya. Dan jika Allah ridlo terhadap rasa yang kita
berikan untuk seseorang, maka Dia akan membiarkan rasa itu tumbuh
semakin besar dengan memberikan arahan dan petunjuk kearah mana rasa itu
harus tumbuh. Agar rasa itu semakin tumbuh dewasa tanpa kehilangan keselarasan
keindahanya.
Alur cinta kepada seseorang tak jauh berbeda
dengan alur dzikir . Bukan soal seberapa indah parasnya, seberapa baik
sifatnya, seberapa bijak pemikiranya, seberapa banyak hartanya. Bukan
pula seberapa sering dia muncul dalam pikiran kita. Tapi ini adalah soal
bagaimana kita mampu merasakan dengan hati kehadiran seseorang dalam
kehidupan kita, juga bagaimana kita mampu memaknai kehadiranya dalam
kehidupan kita. Namun keadaan hati yang seperti ini akan sulit tercipta,
bahkan tidak akan tercipta jika kita tidak pernah menatap keindahan
wajahnya, tidak pernah memahami sifatnya, tidak pernah merasakan
kebijakan cara pikirnya, atau hanya selintas saja ia masuk dalam pikiran
kita.
Keadaan hati yang tulus dan suci inilah yang meciptakan
sebuah hubungan saling mengerti, saling percaya, dan saling memahami
kepada pasangan. Yang selanjutnya akan terhubung sebuah ikatan batin
sebagaimana ikatan batin para sufi terhadap Tuhanya.
Maereka mampu merasakan ilham-ilham dari Allah karena kesucian hati dan jiwanya. Mereka selalu berusaha untuk mengingat Tuhanya. Dan bahkan ada di antara mereka yang karna begitu dalamnya cinta mereka kepada Tuhan, mereka terlena dan lupa akan kebutuhan jasmani mereka sendiri. Mereka tidak meminta imbalan selain Ridlo Tuhan. Disitulah mereka akan mulai terhubung selalu dengan Tuhan.
Bagaimana mungkin terdapat jarak di antara mereka"
jika sang pecinta telah terbalas cintanya"
dan sang perindu telah bertemu"
yang ada hanyalah persatuan diantara mereka"
Wahai para pecinta berikan aku cita agar aku bisa mencitai"
Karna Cintaku telah terpaku kepada yang satu"
Berilah aku cinta agar aku dapat mencintainya lebih dari pada cintaku"
Karna cintaku belumlah seberapa dari pada cintanya".
Wallahu a’lam bishawab
Ya Allah, semoga Kau jadikan cinta kami kepadaMu sebagai cinta tertinggi dalam hidup
kami. Sehingga kami dapat merasakan manisnya Ridlo darimu. Sehingga kami selalu mendapat hidayah dari Mu yang menuntun kami menjadi hambamu yang selalu berbenah diri. Aamiin…
Selasa, 11 September 2012
KISAH IMAM AL GHOZALI
Salah seorang pemikir besar di dunia Islam abad ke lima Hijriyah, yang
terkenal dengan julukan hujjat al-Islam, adalah al-Ghazali. Tokoh ini
senantiasa menjadi fokus pembicaraan dan sorotan , baik bagi yang
bernada pro maupun yang kontra. Dari satu pihak, al-Ghazali di pandang
sebagai penjelmaan dari hadis Nabi yang menyatakan bahwa pada awal
setiap abad,
Allah akan mengutus seorang hamba-Nya untuk menghidupkan keimanan umat Islam. Namun di pihak lain, Al-Ghazali dipandang sebagai orang yang ‘tersesat’ dan ‘biang keladi’ kemunduran pemikiran umat Islam, dengan Tahafut al-Falasifah-nya yang mengakibatkan sejak saat itu filsafat hampir tidak lagi didengar di dunia Islam. Ditambah lagi dengan tasawufnya yang lebih mengutamakan aspek rasa (dzawq) dan kasyf daripada pemikiran ilmiah yang kritis.
Allah akan mengutus seorang hamba-Nya untuk menghidupkan keimanan umat Islam. Namun di pihak lain, Al-Ghazali dipandang sebagai orang yang ‘tersesat’ dan ‘biang keladi’ kemunduran pemikiran umat Islam, dengan Tahafut al-Falasifah-nya yang mengakibatkan sejak saat itu filsafat hampir tidak lagi didengar di dunia Islam. Ditambah lagi dengan tasawufnya yang lebih mengutamakan aspek rasa (dzawq) dan kasyf daripada pemikiran ilmiah yang kritis.
Imam Al Ghazali, Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf. Memiliki
pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke seantero dunia Islam.
Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya masih terasa asing. Kebanyakan
kaum muslimin belum mengerti. Berikut adalah sebagian sisi
kehidupannya. Sehingga setiap kaum muslimin yang mengikutinya, hendaknya
mengambil hikmah dari sejarah hidup beliau.
Sabtu, 08 September 2012
KISAH WNITA SHOLEHAH RABIAH AL ADAWIYAH
Sayidah Rabi'ah Al Adawiyah lahir di Basra pada tahun 105 H dan meninggal pada tahun 185 H. Sayidah Rabi'ah Al Adawiyah adalah salah seorang perempuan Sufi yang mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Soerang wanita yang alur kehidupannya tidak seperti wanita pada umumnya, ia terisolasi dalam dunia mistisme jauh dari hal-hal duniawi. Tidak ada sesuatu yang lebih dicintainya di dunia yang melebihi cintanya kepada Allah. Kehidupannya seolah hanya untuk mendapatkan ridho Allah, tidak ada suatu tujuan apapun selain itu. Rabi'ah pernah mengungkapkan bentuk penyerahan dirinya kepada Allah, ketulusan ibadahnya kepada Allah dalam syair berikut ini :
Rabu, 29 Agustus 2012
Kisah Imam Ja’far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir
Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]
Beliau adalah
Al-Imam Ja’far bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (semoga Allah meridhoi mereka semua). Beliau terkenal dengan julukan Ash-Shodiq (orang yang jujur). Beliau biasa dipanggil dengan panggilan Abu Abdullah dan juga dengan panggilan Abu Ismail. Ibu beliau adalah Farwah bintu Qasim bin Muhammad bin Abubakar Ash-Shiddiq. Sedangkan ibu dari Farwah adalah Asma bintu Abdurrahman bin Abubakar Ash-Shiddiq. Oleh karena itu, beliau (Al-Imam Ja’far Ash-Shodiq) pernah berkata, “Abubakar (Ash-Shiddiq) telah melahirkanku dua kali.”
Al-Imam Ja’far Ash-Shodiq dilahirkan di kota Madinah pada hari Senin, malam ke 13 dari Rabi’ul Awal, tahun 80 H (ada yang menyebutkan Ia dilahirkan di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah
Kisah Sayidah Nafisah cicit Rosululloh
Sayyidah Nafisah ialah salah satu keturunan Rasulullah s.a.w.. Beliau
puteri Imam Hasan al-Anwar bin Zaid al-Ablaj bin Imam Hasan bin Imam
Ali r.a.. Beliau lahir di Makkah, pada 11 Rabiulawal 145H, hidup dan
besar di Madinah.
Hijrah Ke Mesir
Demi keamanan dan
ketenangan hidup Sayyidah Nafisah berhijrah ke Mesir bersama suaminya, Ishaq al-Mu’tasim bin Ja’far as-Siddiq, pada tahun 193H, setelah sebelumnya ziarah ke makam Nabi Ibrahim a.s..
Di Mesir beliau tinggal di rumah Ummi Hani’.
Sayyidah Nafisah menetap di Mesir selama 7 tahun. Penduduk Mesir sangat menyayanginya dan percaya akan karamahnya. Mereka selalu berduyun-duyun mendatanginya, berdesakan mendengarkan mauidzohnya dan memohon do'anya. Hal ini membuat suaminya berfikir untuk mengajaknya pindah ke tanah Hijaz, namun beliau menolak dan menjawab: “Aku tidak bisa pergi ke Hijaz kerana aku bermimpi bertemu Rasulullah s.a.w.. Beliau berkata kepadaku: “Janganlah kamu pergi dari Mesir kerana nanti Allah akan mewafatkanmu di sana (di Mesir).”
Hijrah Ke Mesir
Demi keamanan dan
ketenangan hidup Sayyidah Nafisah berhijrah ke Mesir bersama suaminya, Ishaq al-Mu’tasim bin Ja’far as-Siddiq, pada tahun 193H, setelah sebelumnya ziarah ke makam Nabi Ibrahim a.s..
Di Mesir beliau tinggal di rumah Ummi Hani’.
Sayyidah Nafisah menetap di Mesir selama 7 tahun. Penduduk Mesir sangat menyayanginya dan percaya akan karamahnya. Mereka selalu berduyun-duyun mendatanginya, berdesakan mendengarkan mauidzohnya dan memohon do'anya. Hal ini membuat suaminya berfikir untuk mengajaknya pindah ke tanah Hijaz, namun beliau menolak dan menjawab: “Aku tidak bisa pergi ke Hijaz kerana aku bermimpi bertemu Rasulullah s.a.w.. Beliau berkata kepadaku: “Janganlah kamu pergi dari Mesir kerana nanti Allah akan mewafatkanmu di sana (di Mesir).”
Selasa, 28 Agustus 2012
Syekh Abul Hasan Asy Syadzili
Nama lengkap Syeikh Abu Hasan As-Syazili ialah as-Syadzili Ali bin Abdillah bin Abdul-Jabbar, yang kalau diteruskan nasabnya akan sampai pada Hasan bin Ali bin Abu Talib dan puteranya Fatimah al-Zahra', puteri Nabi s.a.w..
Syeikh Abu Hasan dilahirkan di Maroko tahun 593 H di desa yang bernama Ghimaroh di dekat kota Sabtah (dekat kota Thonjah sekarang).
Imam Syadzili dan kelimuan
Di kota kelahirannya itu Syadzili pertama kali menghafal Alquran dan menerima pelajaran ilmi-ilmu agama, termasuk mempelajari fikih madzhab Imam Malik. Beliau berhasil memperoleh ilmu yang bersumber pada Alquran dan Sunnah demikian juga ilmu yang bersumber dari akal yang jernih. Berkat ilmu yang dimilikinya, banyak para ulama yang berguru kepadanya. Sebagian mereka ada yang ingin menguji kepandaian Syekh Abu al-Hasan. Setelah diadakan dialog ilmiah akhirnya mereka mengakui bahwa beliau mempunyai ilmu yang luas, sehingga untuk menguras ilmunya seakan-akan merupakan hal yang cukup susah. Memang sebelum beliau menjalani ilmu thariqah, ia telah membekali dirinya dengan ilmu syariat yang memadahi.
Syeikh Abu Hasan dilahirkan di Maroko tahun 593 H di desa yang bernama Ghimaroh di dekat kota Sabtah (dekat kota Thonjah sekarang).
Imam Syadzili dan kelimuan
Di kota kelahirannya itu Syadzili pertama kali menghafal Alquran dan menerima pelajaran ilmi-ilmu agama, termasuk mempelajari fikih madzhab Imam Malik. Beliau berhasil memperoleh ilmu yang bersumber pada Alquran dan Sunnah demikian juga ilmu yang bersumber dari akal yang jernih. Berkat ilmu yang dimilikinya, banyak para ulama yang berguru kepadanya. Sebagian mereka ada yang ingin menguji kepandaian Syekh Abu al-Hasan. Setelah diadakan dialog ilmiah akhirnya mereka mengakui bahwa beliau mempunyai ilmu yang luas, sehingga untuk menguras ilmunya seakan-akan merupakan hal yang cukup susah. Memang sebelum beliau menjalani ilmu thariqah, ia telah membekali dirinya dengan ilmu syariat yang memadahi.
Kisah Syekh Ahmad Al Badawiy
Setiap hari, dari pagi hingga sore, ia menatap matahari, sehingga kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam perjalanan riyadhohnya, ia pernah tinggal di loteng negara Thondata selama 12 tahun, dan selama 8 tahun ia berada diatas atap, riadhoh siang dan malam. Ia hidup pada tahun 596-675 H dan wafat di Mesir, makamnya di kota Tonto, setiap waktu tak pernah sepi dari peziarah.
Manakib Syeh Abdul Qodir Al Jailani
Nama
lengkapnya adalah Abdul Qadir ibn Abi Shalih Abdullah Janki Dusat
al-Jaylani. Al-Jaylani merupakan penisbatan pada Jil, daerah di belakang
Tabaristan. Di tempat itulah ia dilahirkan. Selain Jil, tempat ini
disebut juga dengan Jaylan dan Kilan.
NASAB
Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Sayyid Hasan
Sayyid Hasan al Mutsanna
Sayyid Abdullah al Mahdi
Sayyid Musa al Jun
Sayyid Abdullah
Sayyid Musa
Sayyid Dawud
Sayyid Muhammad
Sayyid Yahya Azzahid
Sayyid Abdullah
Sayyid Abi Shalih
Syekh Abdul Qadir al Jailani r.a.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Sayyid Hasan
Sayyid Hasan al Mutsanna
Sayyid Abdullah al Mahdi
Sayyid Musa al Jun
Sayyid Abdullah
Sayyid Musa
Sayyid Dawud
Sayyid Muhammad
Sayyid Yahya Azzahid
Sayyid Abdullah
Sayyid Abi Shalih
Syekh Abdul Qadir al Jailani r.a.
Sayyid Abu Muhammad Abdul Qadir
dilahirkan di Naif, Jailan, Iraq, pada bulan Ramadhan 470 H, bertepatan
dengan th 1077 M. Ayahnya bernama Shalih, seorang yang taqwa keturunan
Hadhrat Imam Hasan, r.a., cucu pertama Rasulullah saw, putra sulung Imam
Ali ra dan Fatimah r.a., puteri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah
puteri seorang wali, Abdullah Saumai, yang juga masih keturunan Imam
Husein, r.a., putera kedua Ali dan Fatimah. Dengan demikian, Sayid Abdul
Qadir adalah Hasaniyin sekaligus Huseiniyin
Senin, 27 Agustus 2012
Kisah sufi Imam Ahmad Al Badawiy r,a
Setiap hari, dari pagi hingga sore, ia menatap matahari, sehingga
kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar,
khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap
langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka
berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak
terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan
bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak
sedetikpun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam
perjalanan riyadhohnya, ia pernah tinggal di loteng negara Thondata
selama 12 tahun, dan selama 8 tahun ia berada diatas atap, riadhoh siang
dan malam. Ia hidup pada tahun 596-675 H dan wafat di Mesir, makamnya
di kota Tonto, setiap waktu tak pernah sepi dari peziarah.
Kisah sufi Al Halaj yg menyentuh jiwa
Husain ibn Mansur al-Hallaj barangkali adalah syekh sufi abad ke-9
dan ke-10 yang paling terkenal. Ia terkenal karena berkata: “Akulah
Kebenaran”, ucapan mana yang membuatnya dieksekusi secara brutal. Bagi
para ulama ortodok, kematian ini dijustifikasi dengan alasan bid’ah,
sebab Islam eksoteris tidak menerima pandangan bahwa seorang manusia
bisa bersatu dengan Allah dan karena Kebenaran (Al-Haqq) adalah salah
satu nama Allah, maka ini berarti bahwa al-Hallaj menyatakan
ketuhanannya sendiri. Kaum sufi sejaman dengan al-Hallaj juga terkejut
oleh pernyataannya, karena mereka yakin bahwa seorang sufi semestinya
tidak boleh mengungkapkan segenap pengalaman batiniahnya kepada orang
lain. Mereka berpandangan bahwa al-Hallaj tidak mampu menyembunyikan
berbagai misteri atau rahasia Ilahi, dan eksekusi atas dirinya adalah
akibat dari kemurkaan Allah lantaran ia telah mengungkapkan segenap
kerahasiaan tersebut
Kisah sahabat mengharukan Uwais alqorni penghuni langit
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya
merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya
kemerah-merahan, dagunya menempel di dada
selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada
tangan kirinya, ahli membaca Al Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya
dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya
untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh
penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit
Langganan:
Postingan (Atom)